Macam-Macam Demokrasi
Dari ketika awal Indonesia merdeka sampai sekarang, Indonesia telah 
menganut beberapa jenis sistem pemerintahan demokrasi, diantaranya:
1. Demokrasi Parlementer
Demokrasi parlementer adalah sebuah sistem demokrasi yang pengawasannya 
dilakukan oleh parlemen. Ciri utama negara yang menganut paham Demokrasi
 Parlementer adalah dengan adanya parlementer dalam sistem 
pemerintahannya.Indonesia pernah mencobanya, pada saat pertama merdeka 
sampai tahun 1957.  
Kekuasaan pemerintahan parlementer dipengaruhi oleh hubungan antara 
parlemen dan pemerintah yang berkuasa. Di begara federal hubungan 
parlemen dan pemerintah memiliki dua keistimewaan.
Pertama, kepala pemerintah dipilih oleh parlemen, tetapi bisa dicopot 
dari jabatannya oleh mosi tidak percayayang dikeluarkan. Hal ini 
menyiratkan bahwa kekuasaan sebuah pemerintah sangat bergantung pada 
kepercayaan parkemen. Kedua, sebagian besar dari anggota pemerintahan 
yang ada merupakan anggota parlemen juga. Hal inilah yang merupakan ciri
 khas sistem pemerintahan ini.
2. Demokrasi Terpimpin
Paham politik ini dicetus oleh Soekarno. Awalnya pada tahun 1957 
saat pengunduran diri Ali Sastroamidjojo sebagai ketua parlemen, Karena 
sudah tidak ada lagi parlemen, maka demokrasi pemerintah kala itu 
hangus. Apalagi tak lama setelah pengunduran diri dari perdana menteri, 
pada 5 Juli 19579 Presiden Soekarno membubarkan parlemen dan 
mengeluarkan dekrit presiden.
Pada Masa demokrasi terpimpin, Soekarno menjadi kekuatan politik yang 
hampir tidak tergoyahkan. Bahkan pada saat itu beliau mencalonkan untuk 
menjadi presiden seumur hidup. Namun konsep ini di tentang oleh Hatta 
yang menganggap sistem pemerintahan ini malah mengemlikan Indonesia ke 
negara feodal dan berpusat pada raja. 
3. Demokrasi Liberal.
Demokrasi liberal adalah salah satu paham yang mendorong munculnya 
banyak parta politik. Karena dalam  praktiknya, setiap masyarakat 
memiliki hak yang sama untuk berkecimpung dalam pemerintahan. Dalam 
sistem politik ini, pemilu harus dilakukan secara bebas dan adil. Selain
 itu, pemilihan kepala pemerintah harus kompetitif.
Demokrasi liberal mengharuskan  rakyat memiliki kesadaran politik.yang 
tinggi. Karena banyaknya  paham politik dan kebebasan untuk memilih, 
maka rakyat harus bisa mencerna dengan baik visi dan misi partai politik
 tersebut.
Masyarakat yang berhak mengikuti pemilu adalah masyarakat yang sudah 
dewasa. Semua warga negara memiliki hak yang sama dalam memilih, tidak 
memandang laki-laki, perempuan ataupun ras. Sampai saat ini Indonesia 
merupakan negara yang menerapkan sistem politik demokrasi liberal.
Demokrasi Indonesia Saat ini??
Jika kita baru saja membahas sistem-sistem demokrasi yang dulu pernah 
dianut Indonesia dari Sistem demokrasi terpimpim sampai sistem demokrasi
 liberal, lalu bagaimana keadaan sistem pemerintahan kita sekarang?
Menurut Juwono Sudarsono, Indonesia telah lama disebut sebagai “negara demokrasi terbesar ketiga”,setelah
 India dan Amerika Serikat. Sedikitnya hasil Bali Democracy Forum 
yang diselenggarakan 9-10 Desember 2010 lalu membuktikannya. Di 
samping itu, kita juga sudah terlalu sering mendengarkan betapa 
Indonesia dibangga-banggakan sebagai negara yang sangat maju dalam 
kiprahnya berdemokrasi di permukaan bumi ini, setelah bergulirnya era 
reformasi. Terlepas dari “prestasi” yang sangat membanggakan itu, 
realita yang kini dihadapi adalah justru berwujud gambar yang sangat 
memprihatinkan.
Dalam salah satu tulisan Sayidiman Suryohadiprojo, bahkan dikatakan “Adalah
 kenyataan bahwa Tanah Air dan bangsa Indonesia sedang diliputi 
persoalan berat yang membuatnya makin berantakan. Korupsi makin 
merajalela di semua lapisan masyarakat. Kriminalitas kian merusak dan 
membahayakan kehidupan. Radikalisme membuat kehidupan bangsa makin jauh 
dari asas gotong royong. Dan,rakyat belum kunjung sejahtera; yang kaya 
justru makin kaya”. 
Lebih lanjut dikatakan pula: “Dalam hal ini, harus ada kesediaan Presiden Yudhoyono turut mewujudkan pergantian pemimpin yang lebih mampu mengatasi berbagai persoalan negara dan bangsa. Sikap demikian mungkin bukan sikap seorang politikus yang biasanya lebih memperhatikan kepentingan pribadinya. Akan tetapi, Presiden Yudhoyono adalah seorang perwira tinggi TNI yang teguh menjalankan Saptamarga, bukan politikus.”
Di sisi lain,anak muda generasi penerus bangsa yang diwakili oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia menilai pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono- Wapres Boediono gagal total setelah enam tahun memimpin. Penilaian itu didasarkan atas kajian terhadap enam sektor, yaitu hukum, kesehatan, ekonomi, pangan, energi, dan pendidikan. Terlepas dari itu semua, sebuah kenyataan pahit yang tengah dihadapi bangsa ini adalah begitu banyaknya masalah yang muncul ke permukaan, tanpa tanda-tanda adanya upaya mencari solusi penyelesaian dengan tuntas dan baik. Permasalahan-permasalahan besar yang mencuat telah menjadi bahan gunjingan yang tiada henti di berbagai media, terutama di media televisi dalam bentuk talk show yang nyaris tanpa terputus sepanjang hari, yang terkadang sangat mirip opera sabun murahan.
Cukup lelah jika kita membahas apa-apa tentang negeri kita, memang 
sistem pemerintahan kita (demokrasi liberal) berjalan dengan baik tapi 
keefektifannya dalam membangun bangsa ini yang patut dipertanyakan. 
Secara berkala negara kita mengadakan pemilu dan pilkada untuk memilih 
satu wakil yang akan menampung aspirasi kita. Tetapi tidak ada sama 
sekali peningkatan yang diberikan mereka kepada negara, cuma satu yang 
mereka tingkatkan, yaitu tingkat KORUPSI Indonesia yang makin tenar di 
dunia. Dan tepat sekali apa yang dikatakan oleh Sayidiman Suryohadiprojo, “Adalah
 kenyataan bahwa Tanah Air dan bangsa Indonesia sedang diliputi 
persoalan berat yang membuatnya makin berantakan. Korupsi makin 
merajalela di semua lapisan masyarakat. Kriminalitas kian merusak dan 
membahayakan kehidupan. Radikalisme membuat kehidupan bangsa makin jauh 
dari asas gotong royong. Dan,rakyat belum kunjung sejahtera; yang kaya 
justru makin kaya”.  hal inilah yang makin memperpuruk Indonesia. 
Sumber:
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar